Rabu, 04 September 2013

Pak Presiden, Jadilah Engkau Khalifah! (Surat Terbuka Untuk SBY tentang Miss World)

Redaksi – Rabu, 28 Syawwal 1434 H / 4 September 2013 05:55 WIB



Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Warahmatullahi wa Barakatuh
Bapak Presiden SBY yang aku hormati!

Mohon maaf, aku sekadar mengingatkan, Anda harus belajar kepada tokoh-tokoh besar dalam Islam. Belajarlah, saat ini, menjadi khalifah!

Belajarlah kepada Abu Bakar yang ‘memerangi’ para penolak kewajiban Zakat. Tegas: Siapa saja yang memisahkan antara Shalat dan Zakat wajib diperangi. Selalu jujur dalam perkataan dan perbuatan. Jujurlah, Miss World itu ‘kemungkaran’ bukan? Perangilah dengan kekuasaan Anda sebagai presiden negara mayoritas berpenduduk Muslim. Anda akan dikenal sebagai al-Shiddīq-nya Nusantara.

Anda pun harus belajar kepada Umar ibn al-Khattab: sikap tegas dalam membedakan antara yang haq dan yang batil. Nabi pun “kesengsem” dengan sikap dan kepribadian ‘Umar. Al-Faruq-pun menjadi gelar kehormatan sampai hari Kiamat. Ayo, Pak Presiden, tegaslah menolak Miss World! Tolong bedakan antara ‘seni’ dan ‘senewen’. Tolong bedakan antara ‘art’ dan ‘aurat’. Aku yakin, Anda akan ditulis oleh tinta emas sejarah Indonesia sebagai “al-Fārūq”.

Wahai Presidenku! Lihatlah sifat malu ‘Utsman ibn ‘Affān. “Bagaimana mungkin aku tidak malu kepada orang yang malaikat pun malu kepadanya,” puji Baginda Rasul kepada menantunya yang bergelar Dzun-Nūrain (“Pemilik Dua Cahaya”) itu.

Pak Presiden, apakah Anda tidak malu negara Anda dijajah oleh bisnis aurat dan maksiat? Kalau Anda tidak menolak Miss World ini, Anda akan dikenang oleh anak bangsa, khususnya umat Islam, sebagai Presiden Indonesia yang punya “saham” dalam meluluskan ajang pelecehan terhadap kaum wanita itu. Wanita: ibu kandung Anda, ibu kandungku, dan ibu kandung kita semua. Jangan biarkan para wanita Indonesia dijadikan “sapi perah” bisnis orang berduit yang ingin merusak bangsa ini. Kita harus selamatkan mereka. Mereka adalah saudara kita. “Setiap yang pakai kutang adalah saudaramu,” kata Buya Hamka.

Malu lah, demi bangsa. Malu lah, demi moral pemuda yang mungkin diantara mereka sudah ada yang berniat ingin menggantikanmu.

Wahai, orang number one di Indonesia! Belajarlah kepada Imam ‘Ali! Menantu Rasulullah. Khalifah keempat dalam Islam. Belajar kepadanya bagaimana ilmu menjadi cahaya. Jangan pura-pura tidak tahu. Jangan pura-pura tidak paham. Aku yakin ilmu Anda dalam dalam masalah jilbab. Anda juga tahu yang mana aurat dan mana bukan. Aku juga yakin Anda paham bahwa Miss World adalah sebuah kemungkaran.
Aku ingatkan Anda dengan sabda Nabi Muhammad Saw., “Siapa saja yang menyaksikan satu kemungkaran tengah berjalan, maka ubahlah dia dengan “tangannya”. Jika tidak mampu, ubahlah dengan “lisannya”. Jika tidak bisa juga, ubahlah dengan “hati”. Tapi ingat, menolak dan mengubah kemaksiatan dengan hati adalah bukti selemah-lemah iman seorang hamba.”

Engkau saat ini punya “tangan”. Gunakanlah “tangan” Anda untuk meluruskan kebatilan dan kemungkaran itu. Kalau ini engkau lakukan, “muka” Anda akan diselamatkan di dunia dan di akhirat. “Wajah” Anda akan dimuliakan Allah, seperti Imam ‘Ali karramallahu wajhah (yang telah dimuliakan Allah mukanya).
Jika Anda lakukan apa yang menjadi keinginan umat Islam di Indonesia ini, untuk membatalkan Miss World, wajah bangsa ini akan semakin cerah. Anda pun akan dikenang sepanjang masa sebagai orang besar. Jika tidak, sebaliknya lah yang akan berlaku. Bangsa ini akan terus dijajah budaya asing yang amoral. Anak-anak bangsanya akan semakin jauh dari tuntunan moralitas. Dekadensi moral akan merajalela.

Presidenku! Semoga Anda masih punya cahaya iman dalam dada. Semoga Anda masih memiliki nurani keislaman yang kuat. Ini demi semuanya: demi diri Anda, bangsa, umat, dan nasib manusia Indonesia. Selamat berpikir dan mengambil keputusan yang menjadikan diri Anda dan bangsa ini terhormat dan dihormati.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi wa Barakatuh

*) Qosim Nursheha Dzulhadi, Seorang rakyat yang ingin Presidennya kembali menjadi rakyat dengan husnul khatimah. Sekarang tinggal di Pondok Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah, Medan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar