Oleh: Habib Muhammad Rizieq Syihab
Pada
hari Selasa 22 Februari 2011, KH. Hasyim Muzadi saat menjadi keynote
speaker dalam acara Harlah NU ke-88 yang digelar PWNU Jawa Timur di
Surabaya, beliau menyatakan dengan santai tanpa beban bahwa Liberal
Indonesia kalau ke Amerika masih dianggap
”kurang kafirnya”, para
peserta pun tertawa mendengar gurauan tersebut. Satu canda yang dalam
sekali, bahkan bagi saya dan kawan-kawan FPI yang ikut hadir sebagai
undangan, itu bukan sekedar guyonan, tapi satu pukulan telak dan tusukan
mendalam yang memposisikan Liberal di tempat yang semestinya.
Vonis
kafir untuk Liberal bukan serampangan tak berdasar. Dan Fatwa sesat
dari MUI terhadap Liberal bukan ijtihad sembarangan. Serta kesimpulan
bahwa Liberal adalah musuh besar Islam bukan kesimpulan berantakan.
Begitu pula pernyataan bahwa Liberal lebih Iblis dari pada Iblis bukan
pernyataan asal-asalan. Akan tetapi semua itu sudah melalui proses
pengkajian mendalam, cermat dan teliti terhadap semua produk pemikiran
Liberal, baik di tingkat nasional mau pun internasional.
Melalui
tulisan yang lalu, saya sudah memaparkan bahwasanya Liberal merupakan
gabungan berbagai virus yang mematikan akal dan nalar serta membunuh
iman, yaitu virus-virus Relativisme, Skeptisisme, Agnostisisme dan
Atheisme, yang mengakibatkan komplikasi dari berbagai penyakit pemikiran
yaitu Pluralisme, Sekularisme, Materialisme dan Rasionalisme, yang
secara berurut bisa disebut sebagai kanker pemikiran stadium satu hingga
empat.
Pada
tulisan yang lalu juga telah diuraikan rincian laporan Setara Institute
tahun 2010 yang sangat anti Islam lengkap dengan halamannya, sebagai
bukti bahwa saya tidak sedang berbohong, apalagi memfitnah tentang
kesesatan Liberal, sekaligus bukti bahwa saya membaca dengan cermat dan
sangat memahami kebobrokan pemikiran Liberal. Kini, sejumlah fakta dan
data lain akan saya ungkapkan untuk lebih mempertegas kesesatan Liberal.
Jadi,
melalui tulisan tersebut dan tulisan kali ini, saya bukan sedang
mencaci-maki Liberal, tapi tepatnya sedang menelanjangi kesesatan dan
kebobrokan Liberal, sekaligus menjadi saham perjuangan untuk membela
Islam. Insya Allah.
LIBERAL DAN PENODAAN AGAMA
Nashr
Hamid Abu Zaid pentolan Liberal asal Mesir, yang telah dikafirkan oleh
Ulama Mesir dan divonis Hukum Mati oleh Mahkamah Mesir, lalu melarikan
diri ke Barat, di Indonesia justru dinobatkan sebagai Imam Kaum Liberal.
Nashr Hamid merupakan rujukan utama Kaum Liberal dari kalangan yang
mengaku ”Muslim Liberal”. Dalam buku karyanya yang berjudul Naqd
Al-Khithaab Ad-Diinii, Nashr Hamid menyimpulkan bahwa semua ayat tentang
hal-hal yang yang Ghaib seperti ‘Arsy, Al-Kursiy, Lauh, Qolam, Sorga,
Neraka, Jin, Syetan, dsb, hanya merupakan Gambaran Mitologis yang sudah
tidak rasional untuk zaman kontemporer. Karenanya, semua ayat tentang
Alam Ghaib harus dita’wilkan secara Metafor, sehingga sesuai dengan alam
Materialistik dan sejalan dengan Metode Ilmiah Modern. Dengan kata lain
bahwa ayat tentang Alam Ghaib mesti dirasionalisasikan, karena agama
harus sesuai dengan akal.
Jika
semua masalah ghaib dianggap sebagai Mitos (Takhayul), maka konsekwensi
ilmiahnya bahwa masalah ketuhanan pun pada akhirnya menjadi Mitos juga,
karena justru masalah ketuhanan adalah masalah ghaib yang paling besar.
Dan justru ciri utama orang yang muttaqin adalah beriman kepada yang
ghaib, seperti beriman kepada Allah SWT, para Malaikat, Hari Qiyamat,
Qodho dan Qodar, dsb. (QS.2. Al-Baqarah : 1-4).
Selanjutnya,
jika Tuhan sudah dianggap sebagai Mitos maka akan mengantarkan kepada
sikap Atheis yang anti Tuhan. Konsekwensi tersebut akhirnya terbukti,
dalam Jurnal JUSTISIA yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah IAIN
Walisongo pada edisi 26 Th. XI 2004, di kolom Ekpresi dinyatakan bahwa
Tuhan hanyalah sebuah Faith Identity (Identitas Keyakinan) bagi sebuah
agama, yang kemudian direduksi oleh masing-masing agama dalam nama-nama :
Allah SWT, Allah, Yesus, Sidarta Gautama, Yahwe, Brahma, Wisnu, Shiva,
Laat, ‘Uzza, dsb. Disitu juga dinyatakan bahwa Atheis bukan anti Tuhan,
melainkan anti Mitologi Ketuhanan atau Anti Rumusan Tuhan Tradisonal
yang abstrak dan tidak rasional, sehingga perlu ada perumusan ulang
tentang Tuhan berdasarkan Rasionalitas.
Jejak
Liberal lainnya menunjukkan bahwa Gus Dur dan Cak Nur semasa hidup
keduanya dimana-mana selalu mengkampanyekan bahwa semua agama sama dan
semuanya benar serta semuanya menyembah Tuhan yang sama. Ulil Abshar di
Majalah Gatra 21 Desember 2002 menyatakan bahwa semua agama sama dan
semuanya menuju jalan kebenaran, sehingga Islam bukan yang paling benar.
Dawam Rahardjo dalam Sidang Majelis Pekerja Lengkap Persekutuan
Gereja-Gereja di Indonesia pada Rabu, 25 Januari 2006 di Pekanbaru
menyatakan bahwa pindah agama tidak murtad. Luthfi Syaukani di Harian
Kompas 3 September 2005 menyatakan bahwa pada
gilirannya, perangkat dan konsep agama seperti Kitab Suci, Nabi,
Malaikat dan lain-lain tak terlalu penting lagi. Syafi’i Ma’arif dalam
Majalah MADINA No.06 / Tahun I, Juni 2008, hal.9, membuat tulisan
tentang kesamaan umat Islam, Nashrani dan Yahudi di mata Allah.
Jalaluddin Rahmat dalam bukunya Islam dan Pluralisme mengaminkan
pendapat bahwa semua agama menyembah Tuhan yang sama. Abdul Munir
Mulkhan dalam bukunya Ajaran dan Jalan Kematian Syeikh Siti Jenar
menuliskan : ”Jika semua agama memang benar sendiri, penting diyakini
bahwa surga Tuhan yang satu itu sendiri, terdiri banyak pintu dan kamar.
Tiap pintu adalah jalan pemeluk tiap agama memasuki kamar surganya.”
Selain
itu, Nashr Hamid sebagai Gembong Liberal beserta para begundalnya
adalah kelompok yang paling getol mengkampanyekan paham-paham Sepilis
(Sekularisme, Pluralisme dan Liberalisme) yang telah dinyatakan sebagai
paham sesat menyesatkan oleh Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) No.7
Tahun 2005. Dalam rangka untuk mengetahui lebih jauh lagi kesesatan
Liberal, maka berikut ini akan dipaparkan secara ringkas tentang
kandungan dua buku paling kontroversial dari kalangan Liberal, yaitu :
Fiqih Lintas Agama dan Lubang Hitam Agama.
FIQIH LINTAS AGAMA
Buku
Fiqih Lintas Agama adalah karya Tim Penulis Paramadina yang terdiri
dari Nurcholish Majid, Komaruddin Hidayat, Kautsar Azhari Noer, Zainun
Kamal, Masdar F Mas’udi, Zuhairi Misrawi, Budhy Munawar Rachman, Ahmad
Gaus AF, dengan editor Mun’im A Sirry, yang diterbitkan oleh Yayasan
Waqaf Paramadina bekerja sama dengan The Asia Foundation pada Tahun
2004.
Dalam
Pengantar (hal.ix) dan Muqaddimah (hal.2) Tim Penulis menghina Fiqih
sebagai belenggu kehidupan dan memfitnahnya sebagai ajaran yang
mendiskreditkan agama lain, bahkan sebagai penyebar kebencian dan
kecurigaan terhadap agama lain. Dan masih dalam Muqaddimah (hal.4-5) Tim
Penulis menghina periode dan generasi As-Salaf Ash-Sholeh sebagai
penyebab kebekuan pemahaman, dan memfitnah Imam Asy-Syafi’i sebagai
penyebab tidak berkembangnya pemikiran Islam lebih dua belas abad.
Dalam
isi buku tersebut, Tim Penulis menuding bahwa ayat-ayat Al-Qur’an yang
diturunkan di Madinah adalah Diskriminatif, Eksklusif dan
Fundamentalistik (Hal.142). Dan Tim Penulis menegaskan bahwa umat
beragama apa pun tidak kafir, karena semua agama sama dan benar,
sehingga tidak boleh ada yang mengklaim bahwa agamanya yang paling
benar. (hal.133, 167, 206 dan 207).
Selanjutnya,
atas dasar Hikmah dan Kemaslahatan persaudaraan, persahabatan,
kedamaian, kerukunan, solidaritas, persatuan dan kehangatan pergaulan
antar umat beragama, maka Tim Penulis memfatwakan antara lain : boleh
mengucapkan salam kepada non muslim, bahkan wajib menjawab salam mereka
(hal.72, 77 dan 78), boleh mengucapkan selamat Natal atau selamat Hari
Besar agama apa pun, bahkan boleh ikut merayakannya (hal.84-85), boleh
mendoakan dan minta doa dari non muslim, termasuk doa bersama, bahkan
semua itu dianjurkan (hal.110 dan 118), hukum Jizyah melecehkan non
muslim sehingga harus dinasakh (hal.151-152), boleh kawin beda agama dan
harus ada waris beda agama (hal 164 dan 167).
Mulai
dari pembukaan buku hingga penutupnya, terlihat jelas bagaimana Tim
Penulis begitu berani melakukan haramisasi yang halal dan halalisasi
yang haram. Tapi tentu saja itu tidak mengherankan, karena memang
begitulah kebiasaan Kaum Liberal. Kita masih ingat bagaimana salah satu
Antek Liberal, Musdah Mulia, pernah membuat Counter Legal Draft –
Kompilasi Hukum Islam yang berusaha untuk mengharamkan polygamy, namun
pada saat yang sama menghalalkan perkawinan sejenis (Homo dan Lesbi),
sebagaimana pernyataannya di berbagai kesempatan dan wawancaranya di
Jurnal Perempuan58, sehingga mendapat penghargaan International Women of
Courage Award dari Amerika Serikat pada 7 Maret 2007.
LUBANG HITAM AGAMA
Buku
Lubang Hitam Agama karya Sumanto Qurtubi, seorang alumnus AIN Semarang,
dengan pengantar Ulil Abshar Abdalla, dan diendos cover yang penuh
pujian oleh Gus Dur, Moeslim Abdurrahman, Anif Sirsaeba Alafsana, Ahmad
Tohari dan Trisno S Sutanto, yang diterbitkan oleh Ilham Insitute dan
Rumah Kata pada tahun 2005.
Buku
ini secara vulgar dan demonstratif serta konfontratif menunjukkan
kesesatan dan permusuhannya terhadap Agama, Al-Qur’an, Nabi, Shahabat,
Ulama dan Syariat Islam. Tidak diragukan lagi bahwa serangan penulis
terhadap Islam dalam bukunya tersebut merupakan penistaan dan penodaan
agama.
Penistaan
terhadap Agama yang dilakukan penulis dalam buku tersebut antara lain :
agama bukan produk Tuhan (hal.31), agama adalah penjajah budaya dan
pemasung intelektual (hal.55 dan 58), agama mematikan akal dan nalar
(hal.59), agama adalah sumber konflik dan pembawa bencana (hal.83 dan
87), Islam adalah strategi budaya Muhammad dan merupakan sinkretik serta
campuran budaya : Judaisme, Kristianisme dan Arabisme (hal.216-217 dan
225), penulisan bahasa Arab adalah Arabisme (hal.228).
Penistaan
terhadap Al-Qur’an yang dilakukan penulis dalam buku tersebut antara
lain : kemaslahatan lebih diutamakan daripada ayat-ayat Tuhan (hal.31),
Umar ikut menciptakan Al-Qur’an (hal.32), Teks Al-Qur’an tidak autentik
(hal.34 dan 37), Nabi dan para Shahabat adalah para pencipta Al-Qur’an
(hal.43), Al-Qur’an angker dan perangkap bangsa Quraisy, serta dibuat
oleh manusia dan bukan kitab suci (hal.64-65), Al-Qur’an membelenggu
kebebasan dan menciptakan tragedy kemanusiaan (hal.117), Muhammad, Islam
dan Al-Qur’an tidak terlepas dari distorsi / penyimpangan (hal.126),
kandungan Al-Qur’an kontroversi (hal.142), Al-Qur’an saja bermasalah
apalagi Kitab Kuning (hal.146).
Penistaan
terhadap Nabi, Shahabat dan Ulama yang dilakukan penulis dalam buku
tersebut antara lain : Utsman pelaku nepotisme dan keliru membuat
Mush-haf Al-Qur’an (hal.39), Nabi dan para tokoh non muslim seperti
Gandhi, Luther, Bunda Terresa dan Romo Mangun bersama-sama menunggu di
Surga (hal.45), Kisah Heroik para Nabi dan Mu’jizatnya hanya dongeng
seperti Sinetron “Saras 008” atau kisah heroic James Bond (hal.58),
Nalar Politik Tirani dibentuk oleh Khulafa Rasyidin (hal.124), Para
Shahabat Nabi telah memperagakan Politik Islam dengan sangat sempurna
mengerikannya (hal.134), Imam Al-Mawardi mengkhianati hak-hak rakyat dan
seorang Rasis / Arabisme (hal.150 dan 155), Doktrin Politik Sunni
ambigu dan out of date / kadaluarsa (hal.167), Al-Asy’ari dan
Al-Ma’turidi menjalin persengkokolan politik (hal.171), Ahlus Sunnah wal
Jama’ah adalah sekte yang telah memanipulasi teks-teks keagamaan
(hal.229).
Penistaan
terhadap Syariat Islam yang dilakukan penulis dalam buku tersebut
antara lain : Syariat Islam menciptakan gerombolan mafia dan
anjing-anjing penjilat kekuasaan (hal.70), Syariat Islam diskriminatif
terhadap perempuan dan non muslim (hal 131-132), Formalisasi Syariat
Islam bukan hanya Utopis, tapi juga Tirani (hal.134).
LEBIH IBLIS DARI PADA IBLIS
Makhluq
Iblis disebut Iblis karena pembangkangannya terhadap perintah Allah
SWT. Karenanya, mereka yang membangkang terhadap Allah SWT layak disebut
Iblis atau antek Iblis, atau sekurangnya pengikut Iblis. Bahkan
pembangkangan manusia terhadap Allah SWT sering lebih dahsyat dari pada
pembangkangan Iblis itu sendiri.
Sekali
pun Iblis selalu menggoda anak manusia agar atheis atau musyrik, namun
Iblis sendiri dengan segala kesesatannya tidak pernah membenarkan atheis
atau pun musyrik, apalagi menjadi atheis atau pun musyrik. Iblis tahu
dan mengakui bahwa Allah SWT itu ada dan Maha Esa. Itulah sebabnya, Kaum
Liberal yang membela dan membenarkan Atheis dan Kemusyrikan, apalagi
menjadi Atheis dan Musyrik, jauh lebih Iblis dari pada Iblis itu
sendiri.
Dalam
QS.59.Al-Hasyr : 16, Firman Allah SWT menyatakan, yang terjemahannya
sebagai berikut : ”Seperti (bujukan) Syetan ketika ia berkata kepada
manusia : ”Kafirlah kamu”, maka tatkala manusia itu telah kafir ia
berkata : ”Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu, karena sesungguhnya
aku takut kepada Allah Tuhan semesta alam.”
Jadi,
lucu sekali jika ada orang ”Liberal” mengaku sebagai ”Muslim Liberal”
atau ”Islam Liberal”, karena Liberal bukan Islam dan Islam bukan
Liberal. Lebih lucu lagi, jika ada orang Liberal kebakaran ubun-ubun
(-bukan kebakaran jenggot karena tidak berjenggot dan memang tidak suka
jenggot-), hanya karena tulisan saya yang lalu dan yang kini memaparkan
fakta dan data dari buku karya mereka sendiri. Entah karena memang
mereka Liberal Sejati yang memanfaatkan Islam untuk menghancurkan Islam,
atau mungkin mereka baru setengah Liberal sehingga sebenarnya mereka
tidak terlalu tahu juga tentang Liberal itu binatang macam apa.
Dan
yang paling menjijikkan adalah tatkala Kaum Liberal mengklaim bahwa
mereka pembuka pintu ijtihad dan pejuang kebebasan. Padahal, pintu
Ijtihad tidak pernah ditutup oleh Ulama Salaf mau pun Khalaf, bahkan di
setiap zaman para Ulama selalu berijtihad untuk menjawab berbagai
persoalan yang timbul seiring dengan kemajuan zaman. Soal kebebasan,
baik dalam berpendapat mau pun beragama, itu merupakan ajaran Islam yang
telah dikumandangkan dari zaman Nabi SAW hingga kini. Salah satu
buktinya, Islam memberi kebebasan kepada setiap orang untuk meyakini
bahwa agamanya yang paling benar dan selain agama yang dianutnya tidak
benar, asal dia tidak melecehkan agama lain tersebut. Berbeda dengan
Liberal yang dengan paham pluralismenya melarang setiap orang mengklaim
agamanya yang paling benar dan memaksanya untuk membenarkan agama lain
yang tidak dianut dan tidak diyakininya. Jadi, Islam lah pengusung
kebebasan sejati dalam beragama, sedang Liberal justru menjadi pemerkosa
kebebasan beragama dan berkeyakinan.
Selain
itu, yang juga tidak kalah menjijikkannya adalah Liberal mengaku
sebagai kelompok yang sangat menghormati pendapat orang lain. Padahal,
Liberal itu fundamentalis, ekstrimis dan anarkis dalam pemikiran dan
berpendapat, sehingga mereka tidak pernah bisa menghormati pendapat
kelompok lain yang berbeda dengan mereka. Itulah sebabnya, Kaum Liberal
tidak pernah ragu untuk selalu mencaci-maki Gerakan Islam dan
memfitnahnya sebagai preman berjubah, anarkis, radikalis, ekstrimis dan
teroris. Dan kaum Liberal dengan tanpa punya rasa malu selalu berusaha
untuk membubarkan Ormas Islam yang istiqomah di Rel Syariat Islam dengan
berbagai macam cara. Bahkan kaum Liberal dengan sangat kafirnya
mencaci-maki Agama, Al-Qur’an, Nabi, Shahabat, Ulama dan Syariat Islam,
sebagaimana telah diuraikan fakta dan datanya di atas.
Dengan
demikian, untuk kesekian kali saya nyatakan bahwa Liberal adalah
kelompok anarkis pemikiran, perusak agama dengan mengatas-namakan agama,
musuh Syariat Islam, preman intelektual, koruptor dalil dan manipulator
hujjah, serta tidak diragukan lagi sebagai antek Iblis, bahkan lebih
Iblis dari pada Iblis.
Ya Robb…Hancurkan Liberal !