"UMARELA BUKAN HABIB DAN BUKAN FPI"
Jakarta
– FPI: LAGI-LAGI MEDIA FITNAH FPI!!.. Entah apa yang melatarbelakangi
beberapa media yang nekat BERDUSTA terhadap publik. Dalam kasus dugaan
suap pengurusan Pajak PT Master Steel yang melibatkan oknum penyidik
pajak di Jakarta Timur, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menghadirkan
beberapa saksi. Antara lain adalah seorang yang dikenal sebagai Habib
Palsu “Abdurrahman Assegaf” yang memiliki nama asli Abdul Haris Umarella
asal Ambon dan dicatut media sebagai anggota FPI. Ia terakhir diketahui
tinggal di Tangerang, Kompleks Witana Harja III, Pamulang Barat,
Tangerang Selatan.
Sudah
menjadi kewenangan KPK untuk memanggil semua pihak yang terlibat dalam
suatu kasus. Namun sangat disayangkan saat pemanggilan Habib PALSU ini,
hampir seluruh media online bersemangat memberikan STEMPEL anggota FPI
pada sosok ini. Lebih aneh lagi, label abal-abal “ANGGOTA FPI” dijadikan
judul utama berita meskipun dalam pembahasan berita tidak didapati
kaitan apa pun antara FPI dan sosok ini serta hubungannya dengan kasus
suap pajak. Pencatutan nama FPI ini adalah SALAH besar, tapi media tanpa
KLARIFIKASI dengan pihak FPI tetap memuat berita bahwa sosok ini adalah
anggota FPI.
Tampaknya
para pewarta dari berbagai media tersebut begitu bersemangat
memberitakan hal negatif terkait FPI. Dengan gencarnya media online
memberitakan seorang yang sama sekali belum jelas identitasnya menjadi
seorang anggota/ petinggi/ kader FPI bahkan diberi label habib. Sungguh
nyata bahwa pemberitaan kacangan semacam ini membuktikan bahwa
MEDIA-MEDIA di Indonesia tidak kredibel dan belum bisa diandalkan dalam
akurasi berita. Pemelintiran media semacam ini berulang kali dialamatkan
kepada FPI. Bandingkan dengan banyaknya aktifitas sosial FPI baik
disengaja atau tidak, luput dari pemberitaan media.
Bukan
hanya itu, sebelumnya media-media sekular juga menyudutkan organisasi
Front Pembela Islam (FPI). Misal, dalam pemberitaan kemelut antara Adi
Bing Slamet dan Eyang Subur menjadi semakin rumit akibat pemberitaan
media yang tidak AKURAT dan cenderung FITNAH tanpa konfirmasi pada pihak
yang bersangkutan (FPI), sehingga timbul KEBOHONGAN dalam berita. Saat
itu muncul sosok Habib yang mengaku bernama Soleh Muhdhor yang
diberitakan mewakili FPI, ia memimpin acara maulid Nabi SAW, di kediaman
Eyang Subur. Padahal orang yang bernama Habib Soleh Muhdhor, bukanlah
anggota FPI maupun perwakilan dari FPI. Anehnya beberapa media nasional
gencar memberitakan tentang FPI membuat acara MAULID di rumah Eyang
Subur.
Terkait
pencatutan nama FPI dalam pemberitaan kasus suap pajak, Ketua Umum
Front Pembela Islam (FPI) Habib Muhammad Rizieq Syihab meluruskan
pemelintiran berita ecek-ecek yang kembali berusaha menyudutkan FPI.
Menurut Habib Rizieq, Abdurrahman Assegaf yang dipanggil KPK bukanlah
seorang habib, bukan pula anggota FPI. Habaib dan FPI tidak
bertanggung-jawab atas semua tindak tanduk Habib palsu tersebut baik
yang telah lalu maupun yang akan datang. “Abdul Haris Umarella bukan
HABIB dan bukan ANGGOTA FPI. Dia berasal dari Ambon dan suka ngaku-ngaku
Habib. Habaib dan FPI tidak bertanggung-jawab atas semua sepak
terjangnya”, kata Habib Rizieq kepada redaktur fpi.or.id, Selasa 18 Rajab 1432 H/ 28 Mei 2013 M.
Habib
Rizieq menceritakan, bahwa Abdul Haris Umarela ketika datang ke Jakarta
awalnya mengaku bernama Habib Abdul Harits Bin Syeikh Abu Bakar, lalu
tiba-tiba berubah menjadi Habib Abdurrahman Assegaf. Ia sering mengaku
sebagai HABIB, bahkan sering mengaku sebagai SEKJEN FPI. “Orang yang
benama Haris Umarela asal Ambon, datang ke Jakarta mengaku bernama Habib
Abdul Harits Bin Syeikh Abu Bakar, lalu belakangan berubah jadi Habib
Abdurrahman Assegaf. Sering mengaku sebagai HABIB, bahkan sering mengaku
sebagai SEKJEN FPI”, ceritanya.
Umarela
pun sudah diberi peringatan beberapa kali oleh DPD FPI DKI, termasuk
oleh DPP FPI Jakarta. Haris Umarela kerap tampil membawa nama habib
namun membela preman dan artis porno serta sepak terjangnya sering
bertentangan dengan perjuangan FPI. Pihak FPI mengancam akan mengambil
langkah yang lebih tegas terhadap Haris Umarela.
“Dia
sudah diberi peringatan beberapa kali oleh DPD FPI Jakarta, bahkan oleh
DPP FPI. Dan sering tampil kontroversial dengan membela preman dan
artis porno. Kedepan FPI akan mengambil langkah yang lebih TEGAS lagi
terhadap HABIB PALSU yang suka mengaku sebagai pengurus FPI ini, karena
perilakunya merugikan nama baik HABAIB dan FPI. Bahkan sudah lama berita
beredar tentang sejumlah kemaksiatan yang dilakukan HABIB GADUNGAN ini,
seperti praktik perdukunan dan penipuan”, tegas Habib Rizieq.
Kembali
pada pemberitaan kasus suap pajak, media tetap saja mencantumkan label
FPI pada Haris Umarela sebagai anggota bahkan petinggi FPI. Berikut
adalah JUDUL-JUDUL pemberitaan BOHONG dari media pencatut nama Front
Pembela Islam (FPI), yang sangat antusias dan gegap gempita mengaitkan
FPI dalam kasus suap pajak:
INILAH.COM = Suap Pajak PT MS, KPK Periksa Anggota FPI
RAKYATMERDEKAONLINE.COM = Anggota FPI Jadi Saksi Suap Penyidik KPK
MERDEKA.COM = Kasus pajak Master, KPK periksa anggota FPI Habib Abdurrachman
OKEZONE.COM = KPK Periksa Anggota FPI Terkait Suap Pajak
KORANINDONESIA.COM = KPK Periksa Anggota FPI Terkait Suap Pajak
KANTOR BERITA WMC = Anggota FPI Diperiksa KPK Terkait Suap Pajak
AKTUAL.CO = Ada Kader FPI yang Diperiksa KPK Terkait Suap Pajak
PESATNEWS.COM = KPK Periksa Petinggi FPI
PLASA.MSN.COM = KPK Periksa Anggota FPI Terkait Suap Pajak
CENTROONE.COM = Anggota FPI Diperiksa untuk Kasus Pajak PT Master Steel
BBC.WEB.ID = KPK Periksa Anggota FPI Terkait Suap Pajak
LENSAINDONESIA.COM = Bongkar suap pajak PT Master Steel, KPK panggil Panglima FPI
RIMANEWS.COM = Kasus Suap Pajak The Master Steel, KPK Periksa Anggota FPI
BARATAMEDIA.COM = Suap Pajak Master Steel Seret Anggota FPI
Seharusnya
media-media yang tergolong besar ini menjaga citra sebagai penghantar
informasi yang baik, jujur, adil dan akurat, bukan malah menjadi corong
sebuah kepentingan golongan atau pihak tertentu. Bagaimana akhlak bangsa
bisa membaik, jika personel media tidak mampu menghadirkan informasi
kredibel, hingga masyarakat bisa lebih cerdas dan terbuka wawasannya.
Janganlah gegap gempita dan bangga menjadi media pembawa berita
FABRIKASI apalagi berita ASAL JADI. [slm/fpi]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar