Selasa, 21 Mei 2013

Jihad adalah Solusi!! Mujahidin Asia Siap Masuk Myanmar

Kamis, 09 Mei 2013 | 15:56 WIB










Jakarta – FPI: Anggota Komisi III (Bidang Hukum, HAM, dan Keamanan) Eva Kusuma Sundari meminta semua pihak untuk menyetop propaganda jihad mati ke Myanmar karena menimbulkan mudharat dan tidak bermanfaat. “Ajakan jihad mati dan membunuh Myanmar Buddha yang disuarakan oleh Front Pembela Islam (FPI) selama demonstrasi pro Rohingya, Jumat 3 Mei 2013, di Bundaran HI, Jakarta, amat disesalkan karena berdampak memperburuk keadaan,” kata Eva melalui surat elektronik kepada Antara di Semarang, Selasa (7/5/2013).

Menurutnya akibat kampanye FPI, kelompok Rohingya yang masih di dalam Myanmar situasinya semakin rentan terhadap kekerasan. Mereka juga keberatan Rohingya distigma seperti “teroris” yang menghalalkan jihad mati dalam memperjuangkan hak-haknya, sementara perwakilan-perwakilan mereka di Hong Kong dan London justru mengedepankan diplomasi dan “nonviolence” (antikekerasan).

Pernyataan Eva Kusuma Sundari tersebut mendapat tanggapan dari Ketua Umum Front Pembela Islam (FPI), Habib Muhammad Rizieq Syihab. Habib menegaskan sosialisasi untuk jihad ke Rohingya tidak akan berhenti dan akan terus dilakukan. Menurutnya, Jihad adalah solusi guna melindungi kehormatan muslim. Langkah diplomasi bukannya tidak pernah dilakukan, berbagai pihak telah mencoba melakukan usaha diplomasi namun tidak ada yang direspon oleh pemerintah Myanmar alias gagal. Bahkan Habib Rizieq menyayangkan sikap cuek pemerintah Myanmar terhadap pembantaian Muslim Rohingya, walau Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sudah dua kali MENEGUR Myanmar di forum internasional. Sikap negara tersebut dinilai sebagai bentuk penghinaan terhadap Presiden SBY.

Habib Rizieq mengatakan, SBY pertama kali membicarakan Rohingya di markas Persatuan Bangsa-bangsa, Amerika Serikat. Yang kedua di Singapura beberapa waktu lalu. Namun TEGURAN SBY tidak dipedulikan Myanmar. “Pembantaian tetap berlangsung. Berarti suara bangsa Indonesia tidak dipedulikan,” tukas Habib usai berdialog bersama 16 perwakilan Forum Umat Islam (FUI) dengan staf Kedutaan Besar Myanmar di Jalan Agus Salim, Menteng, Jakarta 03 Mei 2013 lalu.  “FPI tetap serukan jihad ke Myanmar,” Kata Habib Rizieq kepada redaksi fpi.or.id, Rabu 27 Jumadilakhir 1434/ 8 Mei 2013. 

Habib menilai selama ini upaya diplomasi tidak pernah menghasilkan apa-apa. The Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) dan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) ternyata tidak mampu menghentikan kekejaman militer dan warga Budhis Myanmar terhadap muslim Rohingya.

“FPI tetap serukan JIHAD ke MYANMAR, karena tekanan ASEAN dan PBB sudah mandul terhadap Myanmar. Mujahidin Timur Tengah, Pakistan, Afghanistan dan Nusantara sudah siap untuk masuk dan jihad di Maynmar,” katanya. 

Oleh karenanya, tidak ada solusi bagi muslim Rohingya selain mengumandangkan peperangan terhadap militer dan ekstrimis Budhis Myanmar. FPI tidak akan berhenti memburu mereka yang telah melakukan pembantaian terhadap kaum muslimin Rohingya.

 “JIHAD adalah jawaban untuk melawan KEJAHATAN KEMANUSIAAN yang dilakukan militer Myanmar dan ekstrimis Buddha terhadap Muslim Rohingya. Kami akan kejar dan bunuh para Jenderal dan Bikshu yang membantai umat Islam!” tegasnya.
Masih kata Habib Rizieq, pasca aksi solidaritas terhadap kaum muslim Rohingya, pada Jumat 3 Mei 2013 lalu, umat Islam dalam tempo dua hari berhasil mengumpulkan dana hingga mencapai ratusan juta. Dana yang dibutuhkan para mujahidin untuk tahap awal diperkirakan Rp 10 milyar. “Bahwa dalam dua hari seruan Jihad sudah behasil kumpulkan dana lebih dari 200 juta. Untuk satu batalyon dengan 1000 mujahid dengan senjata lengkap dibutuhkan 1 juta dolar atau 10 milyar. Insya Allah, dengan modal 10 milyar pertama, kita ratakan semua perkampungan EKSTRIMIS BUDHA di Myanmar,” lanjut Habib. 

Hal senada juga pernah diutarakan oleh Ustadz Abubakar  Ba'asyir terkait seruan JIHAD ke Myanmar membela Muslim Rohingya. Ustadz Abu menyatakan keprihatinannya atas pembantaian umat Islam yang terus berlangsung di Myanmar. Menyikapi hal tersebut, Ustadz Abu Bakar Ba’asyir sebelumnya pernah mengirimkan surat terbuka kepada Presiden Myanmar, Thein Sein, seperti dikutip voa-islam.com.

Surat yang dikirimkan ke Kedutaan Besar Myanmar itu memuat tiga tuntutan umat Islam yang disuarakan Ustadz Abu Bakar Ba’asyir untuk membela Muslim Rohingya. Pertama, hentikan kezaliman berupa pengusiran, pembantaian terhadap ummat Islam di Myanmar. Kedua, berikan mereka kebebasan untuk memeluk Islam dan menjalankan ibadahnya. Ketiga, Jangan ada lagi diskriminasi terhadap ummat Islam.

Bila tuntutan tersebut tak juga dilaksanakan, Ustadz Abu Bakar Ba’asyir menegaskan, mujahidin akan segera menghancurkan Myanmar sebagaimana hancurnya Rusia. “Dengan izin Alloh pula kami bisa memperlakukan anda dan rakyat anda seperti negara sosialis komunis Rusia yang hancur berkeping-keping atau Amerika yang sebentar lagi akan binasa (Insya Alloh).

Kami tak ingin mendengar tangisan saudara-saudara muslim kami di buminya Alloh negeri kalian dan negerinya ummat Islam yang tinggal di sini, kami tidak ridho setetes darah pun tertumpah dari kaum muslimin,” demikian kutipan surat tersebut.

Tak lama berselang, Duta Besar Myanmar, Pyo Soe, membalas surat Ustadz Abu Bakar Ba’asyir tersebut secara resmi. Intinya pemerintah Myanmar membantah adanya terjadinya diskriminasi dan pembantaian Muslim Rohingya. Namun, kenyataannya hingga saat ini Muslim Rohingya terus mengalami penindasan. Ia geram atas dusta pemerintah Myanmar itu.

 “Jika umat Islam yang minoritas memang jadi sasaran pembantaian. Lain halnya jika umat Islam yang berkuasa, orang-orang kafir itu justru mendapatkan keadilan,”…“Omong kosong, ajaran Budha yang katanya mengasihi itu, buktinya yang membantai kaum Muslimin adalah orang-orang Budha,” kata Ustadz Abu Bakar Ba’asyir saat dibesuk di LP Pasir Putih Nusakambangan, Cilacap, Kamis 23 April 2013.

Selain Ustadz Abubakar Ba'asyir, KH. Muhammad al Khaththath (Sekjen Forum Umat Islam), mengatakan bahwa kita harus membantu kaum muslimin Rohingya dalam berjihad. "Jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, Maka kamu wajib memberikan pertolongan," ujarnya membacakan Qur'an surat Al Anfal ayat 72.

KH. Muhammad al Khaththath menambahkan dengan hadits tentang keutamaan membantu kaum muslimin dalam berjihad. "Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Siapa yang menyiapkan kebutuhan seorang yang berperang fi sabilillah maka sungguh ia telah ikut berperang. Dan siapa yang mengurus keluarga orang yang berperang fi sabilillah dengan baik maka sungguh ia telah ikut berperang." paparnya.

Menurut Ustadz Muhammad al Khaththath, Jihad merupakan salah satu sistem pertahan dalam Islam, di Indonesia yang mayoritas muslim sangat wajar jika menggunakan pertahanan jihad. “Jihad itu adalah suatu sistem pertahanan di dalam islam untuk menjaga agar islam dan komunitas islam itu tidak musnah. Karena setiap umat setiap suatu kaum itu pasti punya sistem pertahanan dan jihad itu pertahanan Islam. Jadi jihad di indonesia yang mayoritas muslim ya wajar toh kalau menggunakan sistem pertahanan jihad. Umat islam Rohingya di Arakan itu bagian dari umat islam. Kita patut memberikan solidaritas kepada mereka karena nasib mereka yang dizalimi oleh tentara Myanmar, rezim Myanmar maupun orang-orang Budha”, Kata Ustadz al Khaththath kepada redaksi fpi.or.id, Rabu 27 Jumadilakhir 1434/ 8 Mei 2013. 

Saat disinggung terkait pernyataan Anggota Komisi III, Eva Kusuma Sundari, Ustadz al Khaththath mengatakan Eva Sundari itu sebenarnya tidak mengerti Islam dan tidak memahami konstitusi nasional. “Jadi eva sundari menurut saya tidak ada dasarnya samasekali baik dalam segi islam dia tidak mengerti Islam dan dia tidak boleh ngomong begitu, karena dia tidak punya otoritas, dia tidak mengerti apa-apa. Dan secara konstitusi nasional eva sundari berarti tidak mengerti konstitusi,” cetusnya. 

Selain itu, wakil Amir Majelis Mujahidin Ustadz Abu Muhammad Jibril dalam orasinya saat hadir aksi solidaritas terhadap kaum muslim Rohingya di Bunderan hotel Indonesia, Jakarta, pekan lalu mengatakan,  tidak ada kata lain untuk membela umat Islam Rohingya di Myanmar kecuali dengan jihad. "Jihad adalah solusi. Tidak ada cara lainnya untuk menyelesaiakn apa yang terjadi di Rohingya pada hari ini," tegas Abu M Jibril di hadapan ribuan massa umat Islam. 

Ustadz Abu M Jibril juga mengingatkan, bahwa di Indonesia ini banyak orang Budha. Jika peringatan umat Islam kepada pemerintah Myanmar tidak dihiraukan, maka tidak menutup kemungkinan umat Islam Indonesia akan melakukan tindak balasan di sini. "Jika orang Budha terus membantai umat Islam yang ada di Rohingya, maka di Indonesia juga banyak orang Budha, di mana mereka bersembunyi kita akan memberikan pembalasan. Jika hal ini harus dilakukan, kita akan lakukan. Tetapi harus atas perintah panglima," katanya.

Perlu diketahui, issu Myanmar sudah sejak lama dibahas oleh FUI dan FPI serta MMI. Bahkan sejak setahun lalu pun, Ustadz Abu Bakar Ba'asyir sudah menyorotinya dengan sangat serius, hingga menyurati Dubes Myanmar. Jadi, issu Myanmar merupakan murni bagian perhatian serius gerakan Islam. FUI dan FPI serta MMI sepakat, karena PBB dan ASEAN serta OKI sudah tak mampu menekan Myanmar, maka JIHAD adalah jawabannya. 

KARENANYA, TIDAK ADA HUBUNGAN DENGAN TERORISME. SOAL PENANGKAPAN TERDUGA TERORIS YANG DIHUBUNG-HUBUNGKAN DENGAN RENCANA PEMBOMAN KEDUBES MYANMAR, ITU KAN VERSI DENSUS 88. APA KITA MASIH PERCAYA DENGAN SI SALEP 88 ???!!!..

Cuap-cuap Kelompok Liberal 
Dalam sebuah akun jejaring sosial twitternya tertanggal 28 Juli 2012, dedengkot Jaringan Islam Liberal (JIL) Ulil AA berkicau perihal pembunuhuhan etnis Muslim di Rohingya, Myanmar. Ia menulis, “Kalau umat Islam masih menyetujui aniaya Ahmadiyah di Indonesia, maka umat Islam tak layak protes saat umat Muslim Rohingya dianiaya di Myanmar”.

Menanggapi kicauan Ulil di twitternya, Munarman dari Front Pembela Islam (FPI) hanya menertawai twitt Ulil yang dinilainya sebagai logika bodoh dan idiot. “Bodoh jika Ulil mengatakan umat Islam tak perlu protes ketika Muslim Rohingya di Myanmar dibantai, dengan dalih umat Islam juga tidak memperhatikan Hak Asasi Manusia (HAM) kelompok Ahmadiyah,” ujar Munarman merasa geli.

Dikatakan Munarman, Muslim Rohingya itu bukan kelompok aliran sesat. Sedangkan Ahmadiyah itu ajaran sesat. Namun, bukan berarti yang sesat itu boleh dibantai. Karena itu, membela Muslim Rohingya, bukan karena sesat atau tidak sesat, tapi karena mereka dibantai secara keji, atau karena mereka beragama Islam. 

Sedangkan Ahmadiyah itu tidak dibantai seperti Muslim Rohingya, tapi diluruskan akidahnya. “Kalau tidak mau  diluruskan  atau segera bertobat, kelompok aliran sesat Ahmadiyah harus melepaskan simbol-simbol Islam dan tatacara ibadah islam yang mereka lakukan. Jelas-jelas, Ahmadiyah itu sudah keluar dari Islam. Logika Ulil yang bodoh itu, karena dia berada pada positioning atau posisi sebagai pembela kemungkaran. Pokoknya Ahmadiyah yang sesat dibela, sedangkan membela muslim Rohingya yang dibantai malah dikecam. Itu namanya amar mungkar nahi ma’ruf,” kata Munarman.

Sementara itu, Ketum PBNU, KH. Said Aqil Siradj menyatakan kaum muslimin Indonesia tidak perlu pergi ke Myanmar untuk berjihad terkait penindasan yang dialami muslim Rohingya. Sebab, konflik yang terjadi di Myanmar bukanlah konflik agama sehingga para mujahidin diimbau tidak pergi ke Myanmar. Krisis yang dialami kaum muslimin Rohingya merupakan masalah internal negara Myanmar. ”Tidak perlu ada jihad, sama sekali tidak tepat. 

Sebab, sebenarnya itu masalah dalam negeri Myanmar. Biarlah dalam negeri mereka yang menyelesaikannya,” kata dia dalam jumpa pers perihal isu Rohingya di gedung PBNU, Jakarta.
Pernyataan tersebut mendapat tanggapan dari Ketua Umum Front Pembela Islam (FPI), Habib Muhammad Rizieq Syihab, sbb: 

"Konflik Myanmar bukan konflik horizontal, tapi Genocide Sistemik yang melibatkan pemerintah, parlemen dan agamawan Budha di Myanmar. UU Pencabutan Kewarganegaraan Muslim Rohingya yang dibuat Pemerintah dan Parlemen Myanmar justru telah menjadi justifikasi bagi pembantaian Muslim Rohingya oleh Ekstrimis Budha dengan restu militer. Dan itu bukan hanya urusan umat Islam, tapi urusan masyarakat internasional, karena ada pelanggaran HAM super berat. Bodoh sekali Agil Siraj, bahkan idiot, menganggap itu hanya urusan internal Myanmar. Dasar DAYYUUTS !!!". [slm/fpi]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar