Kamis, 25 April 2013
Oleh: Dr. Adian Husaini
TAHUN
2013 ini, kontes Miss World akan diselenggarakan di Indonesia.
Kabarnya, selain digelar di Bali dan Jakarta, acara puncaknya akan
digelar di Sentul, Bogor, Jawa Barat, pada 28 September 2013. Jika
peristiwa ini benar-benar terjadi, maka ini sebuah peristiwa bersejarah.
Untuk pertama kalinya, kontes Miss World terjadi di sebuah negeri
Muslim terbesar di dunia, di salah satu propinsi yang dikenal paling
religus, yang kebetulan sedang dipimpin seorang Ustad kondang, yakni
Ustad Ahmad Heryawan Lc.
Menurut ketua Miss Indonesia Organization, Liliana Tanoesoedibjo, dibutuhkan waktu
tiga tahun untuk meyakinkan induk organisasi Miss World agar mau
memilih Indonesia sebagai tuan rumah. Liliana adalah istri pemilik MNC
Group Harry Tanoesoedibjo yang juga tokoh Partai Hanura dan salah satu
konglomerat serta penguasa media terkemuka di Indonesia.
Bagi
aktivis perkontesan pemilihan perempuan-perempuan cantik, maka
peristiwa ini tentu dianggap sebagai sebuah momentum besar. Indonesia
dipercaya sebagai tuan rumah untuk acara internasional, yang kabarnya
akan disiarkan langsung oleh lebih dari 100 televisi dari berbagai
negara. Indonesia akan terkenal. Ujungnya, diharapkan, pariwisata akan
makin maju. Duit pun diharapkan masuk.
Di
ajang kontes Miss World ini, Indonesia akan diwakili Miss Indonesia
2013, Vania Larissa. Untuk dapat memenangkan kontes ini, kontestan harus
memiliki kriteria tertentu. Situs lifestyle.okezone.com memberitakan, bahwa kriteria
pemenang dalam kontes ini tidak hanya mendasarkan pada poin paras
cantik, tapi juga dinilai aspek kepribadian dan jiwa sosial.
Kepada Okezone.com, di Jakarta, Selasa (19/2/213), Julia Morley, Chairwoman of Miss World Organization mengatakan, "Mereka
semua yang mengikuti ajang Miss World adalah wanita-wanita cantik,
mereka semua bisa menjadi Miss World. Tapi kami memilih peraih gelar
Miss World tidak hanya dari wajah cantik saja, tapi sangat penting bagi
kami melihat satu diantara mereka yang benar-benar memiliki jiwa sosial
yang tinggi.
Sejak kemunculannya di tahun 1951 di London, kontes Miss World sudah memunculkan pro-kontra. Situs www.bbc.co.uk
(5/11/2011), menyambut kontes Miss World ke-60 di London, tahun 2011,
sekelompok feminis menggalang demonstrasi menentang acara tersebut. Sebuah
pernyataan di situs “London Feminist Network” menyatakan, “Tidak ada
tempat bagi kompetisi ini!” (the competition has no place in London in
2011). Situs feminis ini juga menegaskan: "Forty years ago feminists
disrupted this sexist contest in a spectacular fashion, with chants of,
'we're not beautiful, we're not ugly, we're angry'.
Mulanya,
kontes kecantikan ini semata-mata menekankan soal fisik (beauty).
Mungkin untuk mengurangi kontroversi, di kemudian hari ada dua unsur
lain ditambahkan menjadi kriteria penilaian, yaitu “brain” (kecerdasan)
dan “behavior” (perilaku). Tapi, bagaimana pun, yang utama tetap faktor
fisik. Sebab, ini adalah kontes kecantikan. Otak dan perilaku bukan yang
utama. Banyak perempuan cerdas dan berprestasi tinggi di bidang sosial,
tetapi tidak mungkin menjadi peserta kontes kecantikan ini. Itu
semata-mata karena tidak memenuhi kriteria secara fisik. Di sejumlah
kontes kecantikan, kriteria fisik ini sangat ketat dan bahkan sangat
berlebihan.
Sebagai
contoh, pada 5 September 2012 lalu, sebuah kontes kecantikan di China
menuai kontroversi. Pasalnya, juri dianggap menetapkan kriteria fisik
yang ‘terlalu ketat’. Kontes yang diselenggarakan oleh “The Chinese website Model Net (mtw.cc),
antara lain mensyaratkan: mulai babak semifinal dan seterusnya, jarak
antara dua puting payudara harus di atas 7,8 inci (20 cm). Menurut
panitia, kriteria ‘cantik’ itu berdasar pada standar Cina klasik
dipadukan dengan hasil riset ilmiah modern.
Banyak pihak mengkritik krtiteria “cantik” dalam kontes ini. Tapi, dalam kontes kecantikan, yang
dinilai dan diukur memang fisik kontestan. Mata, alis, jidat, hidung,
bibir, leher, pipi, rambut, payudara, perut, pantat, dan kaki kontestan
harus tampak cantik di mata juri! Semua anggota tubuh itu harus bisa dilihat dengan jelas dan bisa ‘diukur’ oleh dewan juri.
Karena
yang dijadikan standar utama adalah faktor kecantikan fisik, maka
pemenang kontes ini pun tak selamanya dianggap cantik. Sebab, cantik
terkait dengan umur. Makin tambah umur, biasanya kecantikan semakin
memudar. Makin tua makin menurun pesona kecantikan fisik seseorang.
Karena itu, tiap tahun, dibutuhkan kontes perempuan cantik yang baru
untuk dihasilkan perempuan-perempuan cantik dan segar untuk dapat
dinikmati kecantikannya oleh syahwat laki-laki dan kepentingan bisnis di
dunia kecantikan dan kewanitaan.
Tuhan disingkirkan
Fenomena “kontes kecantikan” menjadi salah satu ciri dari peradaban materi yang menjadi cirri
khas dari peradaban Barat (Western Civilization). Peradaban Barat
modern sarat dengan pemujaan materi. Ada empat hal yang dipuja dalam
peradaban ini, yaitu: kekayaan, jabatan, kecantikan, dan popularitas.
Agama disingkirkan sebagai sumber nilai, digantikan dengan budaya dan
spekulasi akal.
Jika
agama sudah disingkirkan dari kehidupan, lalu budaya dan akal semata
dijadikan sebagai tolok ukur kebenaran, maka ketika itulah sebenarnya
manusia sudah mengangkat dirinya menjadi Tuhan. Itulah yang terjadi pada
peradaban Barat modern sekarang ini. Manusia sudah mengangkat dirinya
menjadi Tuhan dan kemudian manusia merasa mampu mengatur Tuhan. Dalam
istilah Prof. Naquib al-Attas: “Man is deified and Deity humanized”.
Peradaban
Barat memang bukan menolak agama dan menolak kebaradaan Tuhan, tetapi,
tidak memberi peran yang penting kepada Tuhan dan agama dalam sistem
berpikir mereka. Itu yang dikatakan Muhammad Asad dalam
bukunya “Islam at The Crossroads”: “Western Civilization does not
strictly deny God, but has simply no room and no use for Him in its
present intellectual system.” (Muhammad Asad, Islam at The Crossroads, (Kuala Lumpur: The Other Press).
Logika berpikir “membuang Tuhan” itulah yang kita jumpai pada logika kontes Miss World. Jangan
bicara Tuhan di sini! Jangan bicara moral! Yang ada adalah nilai seni,
hiburan, devisa, popularitas, dan keuntungan materi. Ketika “Tuhan”
sudah dibuang, maka manusia merasa berhak menentukan mana yang baik dan
mana yang buruk. Padahal, ketika itu, manusia pada hakekatnya sedang
menjadikan ‘hawa nafsunya’ sebagai Tuhannya. (QS 45:23).
Tahun
2011, sebuah situs perempuan memberitakan adanya sebuah kontes
pemilihan vagina terindah di AS. Kontes itu diberi nama
“The Most
Beautiful Miss V Contest”, yang diselenggarakan oleh sebuah klub di
Portland, Oregon. Kononnya, juri dalam kontes itu terdiri atas enam
orang selebriti setempat. Untuk menentukan pemenangnya, si
juri dibekali dengan alat kaca pembesar. Akhirnya, setelah melakukan
penelitian dengan cermat, terpilihlah seorang juara yang dianugerahi
mahkota dan gelar sebagai “Miss Beautiful Vagina 2011”.
Di
Indonesia pun, kelompok liberal yang tergabung dalam Teater Salihara,
pada 9 Oktober 2012, menggelar teater dari Perancis yang seluruh
pemainnya bertelanjang bulat saat pentas. Situs: salihara.org/community/2012/10/12/tari-telanjang-tanpa-rangsang,
menurunkan berita dengan judul “Tari Telanjang Tanpa Rangsang” (12
Oktober 2012). Ditulis dalam situs ini: “Tubuh telanjang tidak selalu
menjadikan pelihatnya terangsang. Tari telanjang pun juga tak selalu
berkutat dalam bingkai erotis pemancing syahwat. Dalam konteks ini,
Amour, acide, et noix (2001) dari Daniel Léveillé Danse (Kanada) menjadi
contohnya. Penampilan mereka dalam Festival Salihara Keempat Selasa
(09/10) lalu memukau 230-an penonton di Teater Salihara.”
Logika
“membuang Tuhan” dari nilai-nilai kehidupan inilah yang mudah kita
jumpai pada pihak penyelenggara dan pendukung kontes kecantikan sejenis
Miss World. Alasan yang senantiasa dikemukakan adalah untuk keuntungan
popularitas dan peningkatan pariwisata. Tidak ada kriteria
yang pasti, mana tubuh yang boleh dibuka atau ditutup. Itu tergantung
budaya, tergantung situasi. Tidak ada ukuran yang pasti mana yang boleh
dilakukan dan mana yang tidak boleh.
Tampaknya,
para pelaku seni liberal ini berprinsip “Seni untuk seni!” Bukan “seni
untuk ibadah”. Tidak ada nilai agama dilibatkan. Toh, kata mereka,
kontes-kontes semacam ini menghibur (baca: memuaskan syahwat), tidak
mengganggu orang lain, bahkan berhasil menyedot banyak pengunjung.
Pada
15 November 2012, sebuah situs hiburan di Indonesia menampilkan judul
berita: “Kriteria Miss Indonesia 2013 Ikuti Standar Miss World”. Salah
satu anggota tim juri audisi Miss Indonesia 2013 menyatakan: "Karena
ini ajang kecantikan, bagaimana pun yang paling penting adalah fisik
perlu diperhatikan, seperti wajah, tinggi badan dan proposional berat
tubuh."
Itulah
kontes kecantikan! Agar kontes semacam ini tidak menampakkan
eksploitasi tubuh perempuan yang terlalu vulgar – mirip-mirip seleksi
‘binatang sembelihan’ -- maka dibuatlah kriteria ‘tambahan’ dengan
memasukkan aspek intelektual, seperti wawasan sejarah, pengetahuan umum,
dan kemampuan bahasa. Dalam sebuah acara konferensi pers di Jakarta,
(19/2/213), Julia Morley, Chairwoman of Miss World Organization
mengatakan:
"Mereka semua yang mengikuti ajang Miss World adalah
wanita-wanita cantik. Mereka semua bisa menjadi Miss World. Tapi kami
memilih peraih gelar Miss World tidak hanya dari wajah cantik saja, tapi
sangat penting bagi kami melihat satu di antara mereka yang benar-benar
memiliki jiwa sosial yang tinggi." (okezone.com)
Jadi,
ini kontes kecantikan! Yang diukur utamanya adalah aspek fisik
perempuan. Karena itulah biasanya dalam kontes ini ada sesi parade
peserta dalam pakaian bikini. Para peserta disuruh berjalan,
bermain-main di kolam renang, untuk bisa dinikmati dan diukur kadar
kecantikan fisiknya oleh dewan juri.
Itulah
kontes kecantikan. Sehebat apa pun seorang perempuan; mungkin ia juara
olimpiade matematika, pakar ilmu pengetahuan, pekerja sosial hebat,
pembela kaum tertindas, penemu vaksin AIDS, penopang keluarga, pendidik
yang hebat, dan sebagainya -- tapi si perempuan tidak cantik, muka cacat bekas luka, ukuran cebol –
maka ia harus tahu diri. Menyingkirlah dari kontes ini! Sebab, Anda
tidak cantik! Anda tidak patut dipuja-puji dan ‘dijual’ ke seantero
dunia.
Iblis yang Menawan
Sikap ”membuang Tuhan” dalam kehidupan jelas-jelas bertentangan dengan prinsip Ketuhanan YangMaha Esa. Katanya,
bangsa Indonesia ber-Ketuhanan Yang Maha Esa. Katanya, bangsa Indonesia
berdasarkan pada Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Tentu sulit
diterima akal sehat, jika ada manusia yang mengakui keberadaan Tuhan YME
tetapi menolak kedaulatan Tuhan; menolak untuk tunduk patuh pada
aturan-aturan Tuhan. Sikap mengakui eksistensi Tuhan tetapi menolak
kedaulatan-Nya seperti itu sudah pernah dicontohkan oleh Iblis, makhluk yang sombong dan durhaka kepada Allah.
Dalam
al-Qur’an dijelaskan, bahwa Iblis dikutuk dan diusir karena menolak
perintah Allah. Iblis tidaklah ateis atau agnostik. Iblis tidak
mengingkari adanya Tuhan. Iblis tidak meragukan wujud maupun
ke-Esaan-Nya. Iblis bukan tidak kenal Tuhan. Ia tahu dan percaya seratus
persen. Tetapi, meskipun ia tahu kebenaran, ia disebut ‘kafir’, karena
mengingkari dan menolak untuk tunduk patuh kepada Tuhan YME.
Kesalahan
Iblis bukan karena ia tak tahu atau tak berilmu. Kesalahannya karena ia
membangkang. (QS 2:34, 15:31, 20:116). Iblis sombong dan menganggap
dirinya hebat (QS 2:34, 38:73, 38:75). Allah berfirman: “Dia adalah dari
golongan jin, maka ia durhaka terhadap perintah Tuhannya. Patutkah kamu
mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin selain kepada-Ku,
sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah Iblis itu sebagai pengganti
(Allah) bagi orang-orang yang zalim” (QS 18:50). Maka Iblis juga sudah bertekad: “Sungguh
akan kuhalangi mereka dari jalan-Mu yang lurus. Akan kudatangi mereka
dari arah depan dan belakang, dari sebelah kanan dan kiri mereka!” (QS 7:16-17).
Sosok
Iblis dalam al-Quran adalah sosok yang pintar dan berilmu, sejenis
cendekiawan. Dalam bukunya, Orientalis dan Diabolisme Intelektual, Dr.
Syamsuddin Arief menjelaskan ciri-ciri “cendekiawan bermental Iblis”.
Pertama,
selalu membangkang dan membantah (6:121). Meskipun ia kenal, tahu dan
faham, namun tidak akan pernah mau menerima kebenaran. Selalu dicarinya
argumen untuk menyanggah dan menolak kebenaran demi mempertahankan
opininya. Sebab, yang penting baginya bukan kebenaran, akan tetapi
pembenaran. Jadi, bukan karena ia tak tahu mana yang benar, tetapi
karena ia memang tidak mau mengikuti dan tunduk pada kebenaran itu.
Kedua,
cendekiawan bemental Iblis itu “bermuka dua”, menggunakan standar ganda
(QS 2:14). Mereka menganggap orang beriman itu bodoh, padahal merekalah
yang bodoh dan dungu (sufaha’). Intelektual semacam inilah yang diancam
Allah dalam al-Qur’an : “Akan Aku palingkan mereka yang sombong tanpa
kebenaran itu dari ayat-ayat-Ku. Sehingga, meskipun menyaksikan setiap
ayat, tetap saja mereka tidak akan mempercayainya. Dan kalaupun melihat
jalan kebenaran, mereka tidak akan mau menempuhnya. Namun jika melihat
jalan kesesatan, mereka justru menelusurinya” (QS 7:146).
Ketiga,
ialah mengaburkan dan menyembunyikan kebenaran (talbis wa kitman
al-haqq). Cendekiawan Iblis bukan tidak tahu mana yang benar dan mana
yang salah. Namun ia sengaja memutarbalikkan data dan fakta. Yang batil
dipoles dan dikemas sedemikian rupa sehingga nampak seolah-olah haq.
Sebaliknya, yang haq digunting dan di’preteli’ sehingga kelihatan
seperti batil. Iblis punya kemampuan juga mencampur-aduk dua-duanya
sehingga tidak jelas lagi beda antara yang benar dan yang salah.
Strategi
semacam ini memang sangat efektif untuk membuat orang lain bingung dan
terkecoh. Al-Qur’an pun telah memberitahukan: “Memang ada
manusia-manusia yang kesukaannya berargumentasi, menghujat Allah tanpa
ilmu, dan menjadi pengikut setan yang durhaka. Telah ditetapkan atasnya,
bahwa siapa saja yang menjadikannya sebagai kawan, maka akan disesatkan
olehnya dan dibimbingnya ke neraka” (QS 22:3-4).
Dengan
tipudaya Iblis, khamar diiklankan dan dijadikan kebanggaan oleh
sebagian manusia modern; perzinahan dianggap biasa dan bukankejahatan,
bahkan dilegalkan dan tidak dipersoalkan kebejatannya; pertunjukan
telanjang dipromosikan sebagai suatu keindahan (seni) dan amal
kebajikan. Di zaman globalisasi saat ini, diakui, bahwa informasi adalah
kekuatan yang paling dahsyat. Penguasa informasi adalah yang menguasai
otak manusia saat ini. Mereka dengan leluasa berpotensi memutarbalikkan
fakta dan kebenaran. Di sinilah ‘talbis Iblis’ (tipu daya Iblis) dapat
terjadi.
Yang haq dipromosikan sebagai kebatilan, dan yang BATHIL dikampanyekan sebagai AL-HAQ.
Banyak motif para pelaku talbis Iblis. Bisa karena memang ada
kesombongan, ada penyakit hati, atau karena motif mencari keuntungan
duniawi.
Kisah
Iblis begitu banyak diceritakan dalam al-Quran. Pesannya sangat jelas
kepada kita, orang Muslim: jangan contoh perilaku Iblis! Dia memang
pintar, tapi licik, durhaka dan berani menantang Tuhan. Satu lagi: dalam
menyesatkan manusia, Iblis menggunakan cara-cara yang halus dan
canggih. Kata-katanya menawan. Iblis tidak membentak-bentak Adam dan
Hawa. Iblis bermuka manis, bertutur kata lembut dan sopan.
Bahkan,
Iblis menampakkan sikap yang sangat simpatik kepada Adam dan Hawa.
Iblis sepertinya tidak bertampang seram, seperti digambarkan selama ini
dalam berbagai komik dan film atau sinetron. Tapi, Iblis itu bisa
berwajah cantik dan menawan. Iblis tidak mengatakan: ”Wahai Adam, tidak usah pedulikan larangan Tuhan!”
Tapi, Iblis bersikap sebagai teman akrab. Iblis bersumpah kepada Adam
dan Hawa, bahwa dia adalah sahabat karib yang menasehati Adam dan Hawa
dengan tulus ikhlas. (QS 7:21). Allah juga mengingatkan, bahwa musuh
para Nabi dan pengikutnya adalah ’setan dari jenis manusia dan setan
jenis jin’ yang aktivitas mereka adalah membisikkan kata-kata indah
(zukhrufal qauli) untuk menipu manusia. (QS 6:112).
Menjelang
digelarnya kontes Miss World 2013 di Indonesia, kita, kaum Muslim
Indonesia, patut merenungkan benar-benar kisah Iblis, sifat, perilaku
dan kiat-kiat propagandanya dalam menyesatkan manusia. Iblis sudah
terbukti sangat profesional dalam soal penyesatan manusia. Perbuatan
yang jelas-jelas munkar dan jahat bisa dikemas dan dipropagandakan
sedemikian rupa sehingga tampak indah, menawan, dan mendapatkan dukungan
masyarakat secara luas.
Karena itulah, kita diseru oleh Allah SWT:
”Wahai
orang-orang beriman, masuklah ke dalam Islam secara kaffah, dan jangan
sekali-kali mengikuti ’garis-garis’ setan. Sesungguhnya setan adalah
musuhmu yang nyata.” (QS 2:208).
Jadi,
jika mau selamat dari tipu daya Iblis, maka kita diimbau agar masuk ke
dalam Islam secara kaffah. Jangan tanggung-tanggung jadi orang Muslim!
Jangan bersikap seperti Iblis! Hanya mau menerima hal-hal tertentu yang
disukainya, tetapi menolak aturan-aturan Allah yang tidak disukai atau
dianggap merugikan dirinya!
Tapi,
kita manusia, yang bisa khilaf dan lupa. Jika kita sempat tergoda Iblis
atau setan, terjebak dalam tipudayanya, segeralah kita ingat Allah,
bertobat! Manusia yang baik, bukan tidak pernah salah dan dosa, tetapi
manusia yang segera sadar akan kessalahannya. Itulah yang dilakukan oleh
Adam a.s. Jangan seperti Iblis! Sudah berbuat salah, tidak mengaku
salah, tapi malah membangkang dan berani menantang Tuhan.
Na’udzublillahi min dzalika. Kita berlindung kepada Allah dari
sikap-sikap pongah gaya Iblis semacam itu.
Berikut
ini doa yang diajarkan Nabi saw agar kita terhindar dari godaan setan:
”Rabbi a’udzubika min hamazaatisy syayaathini, wa-a’udzubika Rabbi
an-yahdhurun.” (Ya Allah, Ya Tuhanku, aku berlindung
kepada-Mu dari bisikan-bisikan setan; dan aku berlindung (pula)
kepada-Mu, Ya Tuhanku, dari kedatangan mereka kepadaku).” /Depok, 23
April 2013
(Penulis
Ketua Program Doktor Pendidikan Islam – Universitas Ibn Khaldun Bogor.
Catatan Akhir Pekan [CAP] adalah hasil kerjasama Radio Dakta 107 FM dan
hidayatullah.com). [slm/fpi]